Notification

×

Iklan

Iklan

Inspirasi Jumat: Beristighfar Mencapai Ketenangan

01 Februari 2019 | 09.12 WIB Last Updated 2019-02-01T02:16:10Z
Oleh : Hardisman, PhD
Dosen Universitas Andalas
Pasbana.com --- Waktu terus berlalu, dan tidak terasa sudah sebulan tahun 2019 kita lewati, yang tentunya hitugan hari usia kita juga bertambah. Namun apakah sisa usia yang akan kita lalui ke depan juga bertambah atau justru sudah berkurang?

Kita tidak ada yang tahu berapa jatah umur kita diberikan. Namun yang lebih penting adalah bagaimana menjadikan pertambahan usia yang kita lalui hendaknya menjadikan kita semakin bijak berfikir dan semakin mendekatkan diri kehadirat Allah subahanahu wataala itu.

Umur Berlalu Penuh Khilaf dan Salah
Tanpa kesadaran diri, kita akan jatuh kedalam kebinasan sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah dalam Al-Quran Surat At-Tin [95] ayat 4-6;  bahwa manusia yang semulai diciptakan dalam kondisi paling baik dan sempurna, baik fisik dan mentalnya, bisa akan jatuh kedalam kebinasaan atau serendah-rendahnya derajatnya.

Bahkan kemudian ia akan ditempatkan dalam azab dan hukuman bila ia tidak memiliki keyakinan yang benar dan melakukan kebaikan di muka bumi ini.

Oleh karena itu, untuk mencegah agar jangan sampai jatuh pada kondisi kehinaan seperti ini, hanya ada satu jalan yakni dengan yakin akan Allah tabaraka wataala dan mengikuti petunjuknya serta mengamalkan petunjuknya itu dalam bentuk amal kebaikan.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (QS At-Tin [95]:4-6).

Senada dengan itu, Allah subhanahu wataala mengingatkan lebih keras lagi, bahkan akan diberikan hukuman yang berat bagi orang-orang yang tidak mau menggunakan qalbunya untuk menerima kebenaran dan melakukan kebaikan kepada manusia dan alam.

Mereka itu adalah orang yang tidak menggunakan mata dan telinganya untuk melihat dan mendengarkan kebesaran-Nya dan kebaikan, tapi justru menggunakan qalbu, penglihatan dan pendengarannya itu untuk kerusakan dan kemaksiatan (Lihat QS Al-Araaf [7]:179).

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai (QS Al-Araaf [7]:179).

Waktu yang telah berlalu tidak mungkin terulang kembali, karena tak seorangpun bisa kembali ke masa lalu. Jika seseorang terlanjur melakukan kesalahan atau kemaksiatan pada waktu yang lalu, maka hanya ada satu jalan untuk menghapus kesalahan itu, yakni taubat, istighfar atau minta ampun kepada Allah subhanahu wataala itu.

Istighfarlah Sepenuh Jiwa

Kita sadar bahwa tidak seorangpun kita yang suci dan bersih dari dosa. Semuanya pernah berbuat salah.  Orang yang baik bukanlah yang tidak pernah salah, namun mereka yang jika berbuat salah kemudian sadar akan kesalahannya, lalu mohon ampun atas semua yang telah dilakukannya itu.

Bila kita tersalah, terlanjur berbuat salah, karena lupa, tersalah, terdesak atau kondisi qalbu saat itu dalam kedaan lemah, maka meminta ampun dengan penyesalan harus dilakukan segera harus menunggu waktu (Lihat QS An-Nisa [4]:17, Ali Imran [3]:135), kemudian diiringi denga melakukan amal kebaikan (Al-Quran Surat Asy-Syuura [42]:26).

Taubat atas kemaksiatan yang pernah dilakukan akan diterima oleh Allah subhanahu wataala jika dilakukan dengan suungguh-sungguh, menyesal  melakukan perbuatan itu dan tidak berniat untuk melakukan kemaksiatan itu lagi.

Inilah yang disebut dengan taubat Nasuhah, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Quran diantaranya pada Surat At-Tahrim [66] ayat 8 dan Surat Hud [11] ayat 3 dan 52, yang mana seseorang bertaubat harus dilakukan dengan sepenuh hati dan tidak lagi berpaling kepada kemaksiatan yang telah diperbuatnya.

Hanya jika istighfar dan taubat dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh keimanan dan diiringi dengan perbuatan baik, maka segala ancaman akan azab terhadap perbuatannya terdahulu telah dimaafkan dan diampuni-Nya (Lihat QS Al-Furqan [25]:69-71, Ali Imran [3]:135, dan Maryam [19]:59-60).

Taubat yang dilakukan segera, bersungguh-sunguh dan  kemudian diiringi dengan perbuatan baik  inilah yang diterima oleh Allah SWT (Lihat QS An-Nisa [4]:17-18, An-Nahl [16]:119, Al-Furqan [25]:71, Al-Qashash [28]:67, dan Asy-Syuura [42]:26).

Sebagaimana juga sabda rasulullah shalallahu alaihi wasallam, bahwa setiap mukmin harus menjaga dirinya dalam ketaqwaan dimana pun ia berada. Lalu, jika ia terlanjur berbuat salah maka hendaklah ia melakukan banyak kebaikan setelah itu  sebagai cerminan dari permohonan ampunnya. Sesungguhnya perbuatan baik itu akan dapat menghapus kesalahan-kesalahan yang dilakukan (HR At-Tirmidzi, juga merupakan Hadits Arbain An-Nawawiyah ke-18, lihat juga QS Huud [11]:114).

Alangkah ruginya kita, tatkala waktu terus berlalu dan usia terus bertambah, namun kita lewati dengan sia-sia. Waktu yang bertambah tidak menjadikan kita bertambah amal baik tapi malah menambah dosa dan maksiat. Sehingga, banyak musibah dan cobaan yang datang pada negeri atau bahkan masing-masing diri kita. Boleh jadi, semua itu adalah teguran Allah subhanahu wataala dari kesalahan yang kita lakukan, sebagaimana kisah-kisah ummat terdahulu (lihat QS Al-Araf [7]:97-100).

Hanya dengan memohon ampun (Istighfar) kepada-Nya dengan cara yang diridhai-Nya pula semua cobaan dan kepedihan dalam hidup ini akan hilang. Allah subhanahu wataala telah mengingatkan kita, bahwa cobaan dan kesempitan hidup tidak terjadi salah satunya kerana banyak memohon ampun kepada-Nya (Lihat QS Al-Anfal [8]:33).

Dia juga menjanjikan sekiranya dalam negeri ini banyak orang yang melakukan kebaikan, maka sungguh akan diberikan ketenangan dan kedamaian (Lihat QS Al-Araf [7]:96).(***)


×
Kaba Nan Baru Update