Notification

×

Iklan

Iklan

Sejarah dan perkembangan Internet di Indonesia

27 Mei 2018 | 15.51 WIB Last Updated 2021-05-15T03:54:28Z
Ditulis oleh : Wawan Setiawan
Edit by DNA



Berikut, saya coba mengulas sejarah Internet dan perkembangannya di Indonesia, tentu saja dari kacamata atau perspektif pribadi saya.

Saya mengenal Internet pertengahan, tahun 1994 sebelumnya sempat bermain BBS, atau Bulletin Board System. Ketika itu, saya tinggal di Yogya, berlangganan wasantara-net, layanannya waktu itu masih Serial Line Internet Protocol (SLIP), belum ada layanan World Wide Web (WWW). 

Saya masih menjadi mahasiswa Teknik Informatika dan sekaligus mahasiswa Hubungan Internasional. Ya, saya kuliah di dua tempat sekaligus. Yang banyak saya akses adalah situs NASA dibuat oleh John Mc Dougall dari Harvard dan Gerry van Klinken, milling list apakabar oleh Indonesianis dari KITLV Leiden Belanda.

Kegandrungan terhadap Internet, memaksa saya untuk memutar otak dan mencari alternatif pengetahuan di luar Akademis, dan memutuskan untuk bekerja di Internet Service Provider Meganet milik Jawa Pos.

Technical Support, Network Operation Center maupun Webmaster tempat saya memulai. Bekerja di Internet Service Provider, membuat hobby saya tersalurkan dan dapat mengakses Internet kapan saja dengan gratis, tentu ini saya menikmati.

Walaupun gaji yang saya terima cukup besar pada masa itu, namun banyak saya habiskan untuk riset tentang apa-apa saya senangi terutama Sains dan Ilmu Modern.

Di Meganet Surabaya, saya diberi ruangan khusus tersendiri, di ruangan tersebut ada komputer Macintosh, server PC yang mengoperasikan OS Windows NT, dan juga laptop Compaq.

Meganet selaku Internet Service Provider ketika itu saya lihat cukup visioner, servernya banyak mengunakan OS Windows NT dan Macinstosh server. Web Server dan Email Server menggunakan Netscape web server dan PostOffice email server.

Namun, ketika itu sering diserang oleh BOD atau “Bluescreen of Death” yang menjadi kelemahan dari OS Windows. Meganet ketika itu sudah tampil berbeda dengan ISP lain, disebabkan Meganet sudah meluncurkan layanan e-phone, e-page, ataupun fax2fax.

E-phone merupakan fasilitas internet yang memungkinkan setiap email di terima menjadi sms di Cellular, sehingga dapat dengan cepat mengetahui ada email masuk dan membacanya melalui Cellular.

E-page adalah fasilitas dimana email masuk ke Pager secara otomatis, sedangkan fax2fax adalah mengirim fax dengan pulsa lokal dengan menggunakan saluran Internet, sehingga biaya mengirim fax menjadi jauh lebih murah.

Teknologi impor dari Israel, sehingga cukup sulit mendatangkannya dengan jumlah cukup besar.

Tahun 1990-an, teknologi Internet di Indonesia hanya bisa diakses melalui dial-up atau melalui sambungan Cellular, sehingga harganya mahal, karena harga pulsa telpon lokal dari PT. Telkom pada masa itu, sekitar Rp.225/2 menit dan malam Rp. 225/3 menit, dan akses Internet  antara Rp.1500 s/d Rp.2000/jam dan Unlimited Rp. 200.000/bulan.

Era ini adalah dominasi yahoo.com, menawarkan fasilitas mesin pencari, free email, maupun messenger. Sedangkan di Indonesia, telah lahir portal berita online seperti Detik.com, yang merupakan “Blessing in Diguise.” 

Era rezim Orde Baru Tabloid Detik, Tempo, dan Editor dan banyak lainnya dibredel oleh Plat Merah, karena mengulas pembelian bekas kapal perang dari Jerman Timur, diotaki oleh Prof. BJ Habibie.

Tempo maupun Detik menjelma menjadi media online, hampir semua media massa baik TV  dan Cetak dikontrol oleh Pemerintah, hadirnya Detik dan Tempo Online, menjadi alternatif berita yang cukup kredibel, kritis dan cukup berimbang untuk dibaca masyarakat.

Jumlah pengunjung detik.com dan tempo.com ketika itu cukup banyak, selain mailing list apakabar yang merupakan mailing list politik terbesar didalam sejarah.

Sumbatan aspirasi oleh rezim Orde Baru, meluap ke mailing list apakabar Saya sendiri ketika itu bergabung dengan organisasi bawah tanah, Pusat Informasi dan Jaringan Aksi Reformasi (PIJAR) bertugas sebagai webmaster dan mengirim secara online berita yang diproduksi PIJAR ke milling list apakabar.

Bisnis dotcom, di tahun 2000 sebenarnya juga sudah mulai lahir dan tumbuh di awal tahun 2000,  detik.com sebagai portal berita sudah diberi suntikan dana dengan nilai investasi senilai 1 milliar rupiah, inilah cikal bakal bisnis start-up di Indonesia.

Saat ini, detik.com juga telah dibeli oleh grup Trans Corp, atau Trans TV dibawah Chairul Tanjung seharga 540 milliar Rupiah, angka ini cukup fantastis mengingat detik.com adalah portal berita online.

Tahun 2000, era Internet berganti trend seiring berkembangnya bisnis dibidang ini, dengan adanya teknologi wireless broadband, terutama produk Breezecom buatan Israel. Di tahum ini, berjamurlah Warnet dengan menggunakan teknologi wireless broadband dengan frekuensi 2.4 Ghz. Sampai saat ini teknologi ini masih banyak dipakai oleh Corporate dan Warnet.

Saya sendiri di tahun itu mendirikan bisnis Internet Service Provider berbasis wireless broadband, menyediakan akses internet langsung dari backbone Amerika Serikat melalui satellite Agilla, ataupun JCsat, serta backbone ke Hongkong melalui satellite Sinosat.

Karena saat itu demand lebih banyak daripada supply, maka bisnis saya cukup bagus dan saya sempat keliling dunia, dan mencoba membangun jaringan Internet di luar negeri.

Saya terkejut, ketika mengetahui bahwa di Singapore dan Malaysia, harga Internet sudah jauh lebih murah daripada di Indonesia, ketika itu di Indonesia harga bandwidth 1 Mbps mencapai sekitaran Usd $. 8000, sedangkan di Malaysia ataupun Singapore broadband internet hanya sekitaran Usd $. 500 dengan kecepatan sangat bagus.

Rupanya negeri seperti Singapore ataupun Malaysia pernah melakukan subsidi terhadap biaya internet untuk warganegaranya, karena Internet dianggap sebagai kebutuhan yang cukup vital untuk memperluas pengetahuan warga negara di negeri tersebut.

Alhasil di Indonesia, kesadaran pemerintah untuk menyelenggarakan internet murah memang masih belum ada, sehingga pihak swasta seperti bisnis saya bisa mengambil “advantage” tersebut.

Tahun 2010-an keatas, era Internet di Indonesia sudah dikuasai oleh jaringan kabel optik lebih murah, dengan Internet Broadband.

Beberapa operator seperti Telkom, Moratelindo, Biznet, atau yang lainnya menguasai pasar Internet Broadband dengan harganya terjangkau dan lebih murah.

Harga bandwidth Internasional juga sudah cukup murah, hanya sekitar Rp. 300.000/Mbps dedicated, bayangkan dengan harga ketika tahun 1990-2000-an yang mencapai Usd $.8000/Mbps dedicated.

Selain itu perkembangan Internet berbasis GPRS atau 3G dan 4G menggunakan billing berbasis kuota juga cukup marak sehingga penetrasi Internet di Indonesia terbilang cukup massive.

Dari data APJII, diperkirakan saat ini ada sekitar 150 juta pengguna Internet di Indonesia, dan angka ini akan tumbuh lagi secara pesat.

Namun perlu diingat, Internet adalah pedang bermata dua, di Internet anda bisa mengakses informasi positif maupun negatif. Pornografi dan judi online konon menjadi bisnis Internet yang paling menggiurkan.

Meski ada Policy Internet Positive (PIP) oleh Pemerintah melalui Kemenkominfo , situs-situs negatif termasuk situs radikal, tidak semuanya bisa disensor. Untuk itulah diperlukan kesadaran pengguna atau netter sendiri didalam memanfaatkan akses Internet.

Dulu saya ketika masih kuliah banyak menggunakan Internet untuk mengakses informasi dari NASA agar mengetahui tentang Astronomi dan juga milling list apakabar sebagai kegiatan sosial dan politik, sekarang ini saya memanfaatkan sosial media untuk menambah dan wawasan dan saling berbagi informasi.

Jujur saja, saya tidak menyukai konten porno meski saya dengan mudah bisa mengaksesnya. Saya tidak munafik, tapi memang begitulah saya.

Harga akses internet akan semakin murah kedepannya, Google sendiri berkomitmen membangun jaringan Internet gratis di Indonesia, tapi yang lebih penting dari itu semua, apakah Internet mampu mengakselerasi pengetahuan rakyat Indonesia ataupun digunakan secara positif, misalnya untuk mengakselerasi bisnis ataupun e-commerce di level rakyat menengah kebawah.

Semoga dengan adanya Internet, rakyat indonesia tidak hanya terimbas dampak buruknya, misalnya dengan adanya Westernisasi saja, tapi juga bisa memanfaatkan Internet sebagai media yang bisa mengupgrade kualitas hidup dan media penambah wawasan.
×
Kaba Nan Baru Update